Wednesday, November 30, 2011

Kenangan Masa Lalu

Halo semuanya, saat ini saya Caesar, drummer dari Soulvibe akan bercerita sedikit tentang ingatan-ingatan masa lalu yang masih terukir di memory otak saya.

Kecuali Asa dan Frans, tiap-tiap anggota keluarga Soulvibe telah saya kenal sebelum adanya project ini, termasuk sang manager handal “Pramudhana Radhika Djaelani” a.k.a. “Dhana Baros”. Saya akan bercerita bagaimana kesan pertama ketika bertemu “Keluarga Soulvibe”

Bayu Adiputra Imran



Bayu adalah personil Soulvibe yang paling pertama saya kenal. Sekitar akhir tahun 2000, saat itu saya masih berstatus sebagai siswa SMP Islam Al-Azhar (Alpus). Pada suatu hari, sepulang sekolah dengan masih mengenakan seragam putih-hijau khas anak SMP Alpus saya menuju sekolah musik Farabi untuk les drum yang  tempatnya tidak jauh dari sekolah saya tercinta.

Pada zaman itu lalu-lintas Jakarta masih sangat lancar, ternyata saya tiba lebih awal di Farabi, kelas les drum saya belum mulai, akhirnya saya menunggu di ruang tunggu sambil duduk-duduk saja dan mulai terasa mati gaya. Maklum, di era itu belum ada teknologi seperti Twitter, Blackberry atau iPhone, kalo sudah ada Twitter pasti dengan kelabilan saya saat itu saya akan men-tweet “duhh bête nih bête, nyampe kecepetan, kelas belum mulai” (pada era itu istilah “bête” lebih jamak digunakan ketimbang istilah “galau” yang over penggunaannya  di berbagai media saat  ini), tiba-tiba seorang anak berseragam putih-abu-abu dengan aura dinamis datang dari pintu masuk Farabi, dinamis disini dapat diartikan sebagai “gaul”,  saya berpikir, siapakah anak dinamis ini, ternyata setelah dilihat bet di dadanya, logo nya sama persis dengan yang di dada saya, ya, sebuah gambar masjid dengan background biru, itu logo Al-Azhar! Yaa, dia anak SMA Alpus!

Sesama anak Alpus pasti selalu ada chemistry, tak peduli angkatan berapa, adik atau kakak kelas, kami semua sama-sama anak Alpus, oleh karena itu tanpa rasa canggung saya menyapa dengan melempar senyuman ke anak SMA Alpus tersebut. Ternyata dia menyapa baik, dan menghampiri saya sambil bertanya “Anak Al-Azhar ya?”, “Ya”, jawab saya, akhirnya saat itu kita berkenalan dan ternyata kita sama-sama mengambil kelas drum (ada beberapa kelas instrumen musik di sekolah musik itu).

Sejak hari  itu, saya jadi kenal dengan Bayu Adiputra Imran, atau biasa dipanggil Bayu, meski dia kakak kelas/senior, sekalipun saya tidak pernah memanggil “kak” karena ternyata usianya lebih muda dari saya. tempat nongkrong Bayu sama dengan tempat nongkrong saya sambil nunggu jemputan ketika SMP, sesama anak Alpus yang suka main drum, suatu hari saya ngobrol-ngobrol sama Bayu mengenai teknik-teknik bermain drum yang diajarkan di Farabi, setelah saya selesai ngobrol, saya pindah ke bangku dimana banyak anak-anak wanita angkatan saya duduk-duduk, mereka menanyakan langsung ke saya dengan nada sedikit heboh, “eh,eh, lo kenal sama Bayu”, “iya, satu les drum sama gw”. Disitu saya baru tau, bahwa si Bayu ini termasuk banyak disukai atau diperhatikan wanita-wanita di Alpus apalagi junior nya. (cieee Bayu).


Adrianto Ario Seto


Sekitar bulan Juli 2001 saya baru masuk SMA Alpus1, sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai, semua murid diwajibkan ikut acara orientasi, disana kakak kelas/senior memperkenalkan ekstra-kurikuler (ekskul) yang tersedia yang dapat dipilih dan diikuti oleh masing-masing murid, semua murid wajib mengikuti ekskul. Saat itu saya paling tertarik dengan ekskul theater, saya memang tidak memiliki minat/bakat seni peran sebelumnya, namun saya tertarik disini karena ada peranan sebagai pemain musik yang memainkan musik latar dari theater yang dimainkan. Ya, memang tidak ada ekskul khusus musik yang tersedia di sekolah saya saat itu. 

Ternyata ada dua orang anak yang berasal dari SMP Al-Azhar Bintaro (Albin) yang memiliki pemikiran sama dengan saya, mereka ikut ekskul theater hanya karena ingin bermain musik, namanya adalah Adrianto Ario Seto, dan Aldhan Prasatya (partner saya di DYZTRK/Keyboadist Storia). Saat itu senior menghimbau kami agar membuat suatu pementasan, penokohan pun ditentukan berdasarkan kesepakatan tiap-tiap anggota baru ekskul theater yang jumlahnya kira-kira ada sepuluh orang termasuk saya, Rio, dan Aldhan. 

Pada intinya, saat itu kami membuat alur cerita yang menceritakan kisah pembunuhan yang menakutkan, dibalik tema menakutkan dari drama yang akan kami bawakan, Rio memerankan peran yang samasekali tidak horror, samasekali tidak seram, saya tidak bisa membicarakan apa peran nya saat itu, bisa ditanyakan langsung ke orangnya jika anda penasaran dan ingin tahu, tapi saya akui actingnya saat itu sungguh luar biasa hingga memukau seluruh senior dan seluruh penonton yang terdiri dari siswa-siswi SMA Alpus1 seangkatan saya. dengan melihat acting nya saat itu kesan saya bahwa anak ini sungguh kreatif dan handal dalam hal berbau seni, sangat menarik untuk dinikmati secara audio dan visual. ( pesan untuk Rio: Peace! )

Untuk tulisan personel soulvibe yang lainnya menyusul dan bersambung akan saya ceritakan yah.

Thanks for your support @Vibenaticsteam

Caesar Soulvibe


No comments:

Post a Comment